Swallow SB-117, yap, salah satu ban produksi Delitire bertipikal dual-purpose saat ini memang telah terpasang pada Alexandra ( Bajaj Pulsar 200). Secara ukuran, ban ini hanya memiliki 4 tipe, 2 tipe untuk ring 17 dan 2 tipe untuk ring 18, 2 tipe pada masing-masing ring tersebut diantaranya adalah ukuran 110/80 dan 120/80. Untuk ukuran dibawah atau diatas ukuran tersebut tidak tersedia. Aku menebus sepasang ban Swallow SB-117 ini seharga 650rb sepasang dengan ukuran 100/80-17 untuk depan, dan 120/80-17 untuk belakang. Harga yang cukup ramah di kantong kan untuk tipikal ban dual-purpose? Namun apakah kualitasnya semurah harganya? Mari kita simak review berikut.
Aku menebus ban ini pada bulan September 2012, terhitung hingga saat ini bulan Desember usia pemakaian sudah hampir 4 bulan. Selama 4 bulan ini aku telah menempuh jarak kurang lebih 3000km, dan diantaranya terdapat perjalananku menuju venue Jambore Nasional Prides ke-4 di Mojokerto, Jawa Timur akhir November lalu. Yap, rumahku memang ada di Malang, tapi saat ini aku berdomisili di Bandung, Jawa Barat, untuk mencapai Mojokerto-Malang dari Bandung PP aku harus menempuh jarak kurang lebih 1700km.
Beberapa hari yang lalu, aku juga sempat melakukan perjalanan di sekitar kota Bandung, tepatnya ke Moko Hills atau Moko Daweung, sebuah bukit yang memiliki cafe di puncaknya,sekedar informasi saja, cafe disana merupakan cafe tertinggi di Bandung yang memiliki ketinggian wilayah hingga 1500mdpl. Secara tidak diduga, tujuanku saat itu berubah, tidak hanya berhenti pada Cafe Daweung, tapi juga menjadi penasaran karena pada GPS menunjukkan apabila kita mengikuti jalan akan tembus ke Maribaya, Lembang. Namun jalan yang akan dilalui ternyata masih berupa tanah berlumpur. Wah, bisa sekalian testing performa Swallow Sb-117 nih, pikirku.
Yap, dari kedua perjalananku diatas, pertama perjalanan Bandung – Malang PP, serta offroad di Bukit Moko, akan aku jadikan sampel review tentang ketangguhan Swallow Sb117 pada trek onroad maupun offroad. Berikut perbandingannya.
Swallow SB-117 pada trek aspal (onroad)
Sekitar akhir November lalu, aku melakukan perjalanan menyisiri jalur selatan Pulau Jawa, PP Bandung – Mojokerto & Malang sejauh kurang lebih 1700km dengan menggunakan ban Swallow sb117 ini. Alexandra telah aku set dengan menggunakan full panniers, selain untuk membawa barang bawaan, juga untuk mengetes performa ban saat dalam keadaan full-loaded.
Awal keberangkatan tekanan angin aku set pada mode keras. Saat melalui jalanan lurus tidak menjumpai masalah berarti. Namun saat memasuki jalur Ciawi – Tasikmalaya yang berkelok-kelok, dimana saat itu cuaca sedang gerimis ringan, traksi Swallow SB-117 terasa berkurang. Sesegera mungkin aku mengurangi tekanan angin pada roda depan maupun belakang hingga 30% dari sebelumnya. Setelah itu sangat terasa sekali perbedaannya, traksi ban kembali maksimal walaupun dalam keadaan aspal basah. Pada saat perjalanan pulang kembali ke Bandung, aku melakukan perjalanan malam hari dan dalam keadaan hujan deras lebih dari separuh perjalanan, tapi dengan tekanan ban yang sedikit dibawah rata-rata, serta kestabilan kita menjaga kecepatan dan tempo riding, Swallow sb-117 dapat memberikan traksi yang cukup baik. Sebisa mungkin hindari hard-braking, karena traksi bak dual-purpose dengan sedikit permukaan karet ban yang menyentuh aspal bisa membuat ban menjadi selip.
Sudah tipikal ban dual-purpose, dengan konturnya yang semi kotak-kotak tentu sedikit banyak bakal mengurangi traksi di aspal. Dan itu dapat diatasi dengan mengurangi tekanan angin, agar permukaan ban yang menempel di aspal menjadi lebih lebar.
Aku sendiri baru kali ini ganti ban setelah sebelumnya cukup akrab dengan ban MRF hard compound asli bawaan pulsar 200. Dan aku bikir karena telah terbiasa dengan ban hard compound, untuk beradaptasi dengan ban dual-purpose seperti SB 117 ini tidaklah susah, karena kontrol traksi relatif sama.
Swallow SB-117 pada trek tanah (offroad)
Bukit Moko menjadi destinasi perjalananku selanjutnya, selain untuk menikmati keindahan alam, juga sekaligus membuktikan ketangguhan ban dual-purpose Swallow sb117 yang sudah 4 bulan aku gunakan. Sebagai gambaran saja, Bukit Moko merupakan bukit tertinggi di Kota Bandung, dimana apabila kita mengikuti jalan lurus saja maka akan tembus di Maribaya, Lembang. Untuk mencapai bukit ini Anda bisa masuk dari Cicaheum, naik keatas kearah Padasuka, lalu kalian akan menjumpai desa Cimenyan. Dari sana kalian tinggal lurus terus keatas mengikuti jalan, hingga menjumpai jalanan yang semakin lama berubah menjadi tanah. Tercatat altittude di lokasi ini telah lebih dari 1500mdpl. Amazing.
Kembali lagi ke review, Swallow sb117 terasa sangat nyaman sekali digunakan pada jalan gravel, pada lokasi ini jalanan gravel aku jumpai sesaat sebelum peralihan dari aspal ke jalan tanah. Karena ketinggian dinding ban kombinasi ukuran 100/80 dan 120/80 yang cukup tinggi, maka redaman getaran menjadi lebih maksimal. Alexandra terasa nyaman sekali untuk dipacu di kecepatan tinggi pada jalanan gravel, eits, dengan posisi standing ride atau berdiri diatas motor tentunya, demi kestabilan. Oiya, tekanan angin saat itu aku setting sama ddengan saat perjalanan ke Jawa Timur, sedikit dibawah rata-rata.
Sesaat setelah gravel habis, jalan pun semakin menyempit, dan akhirnya berubah menjadi jalan tanah yang seikit berlumpur. Traksi Sb117 disini mulai diuji. Dipadu dengan berat motor yang memang lumayan, sb117 sedikit kesulitan untuk melalui jalan tanah berlumpur. Namun setelah sedikit terbiasa, ternyata ada cara tersendiri tentang bagaimana mengefektifkan kombinasi antara berat motor dan jenis ban. Kuncinya adalah jaga putaran mesin agar berada di posisi rendah (3000-4000 rpm) agar roda belakang tidak kehilangan traksi.
Dengan fisiknya yang dual-purpose, pada trek tanah berlumpur swallow sb117 lebih baik dibanding dengan ban aspal onroad, tapi tidak lebih baik dari ban cross yang memang diperuntukkan untuk medan extrem. Secara grafik dari ketiga ban tersebut, ban tipikal dual -purpose berada di posisi tengah, yakni tipikal ban yang memang bisa digunakan di kedua medan, baik aspal maupun tanah, namun tetap memiliki keterbatasan kemampuan.
Kesimpulannya adalah :
1. Swallow SB-117 merupakan ban dual-purpose yang relatif terjangkau untuk dibeli, dibanding merek-merek ban dual purpose keluaran Michelin, continental, Pirelli, dll yang sebiji nya udah lebih dari sejuta.
2. Secara fisik, sb117 hanya memiliki ukuran terbatas, yakni 100/80 dan 120/80, untuk 2 macam ring yaitu 17 dan 18 inch.
3. Secara tampilan apabila dipasang di bajaj pulsar 200, dengan velg standar, roda tampak lebih kokoh, namun ukuran ban tidak jauh beda dengan MRF bawaan pulsar yang memang memiliki ukuran sama.
4. Kemampuan sb117 di jalanan aspal relatif sama dengan MRF hard compound bawaan pulsar.
5. Bagi kalian yang telah terbiasa menggunakan ban MRF dalam waktu yang lama, tidak akan sulit untuk beradaptasi saat berpaling ke Swallow SB-117
6. Swallow sb117 tidak direkomendasikan untuk para penyuka kecepatan atau cornering, karena adalah salah besar jika memilih ban dengan tipe ini. Realistis antara tujuan dan pilihan jenis ban.
7. Untuk trek gravel dan tanah kering, sb117 sangat memuaskan. Namun untuk tanah berlumpur, sb117 masih cukup kesulitan, perlu sedikit permainan gas agar roda tidak spin ditempat.
8. Hindari hard-braking, karena ban jenis ini tidak memiliki luas permukaan karet yang cukup untuk menempel pada aspal. Sepintar-pintarnya Anda mengontrol tekanan angin, serta dalam cuaca apapun, Anda akan rawan tergelincir.
9. Jenis kompon Swallow sb117 adalah soft, jadi jangan heran jika melihat karet ban akan cepat terkikis permukaan aspal dalam penggunaannya. Hal ini semata-mata untuk mengimbangi lemahnya traksi karena berkurangnya permukaan karet yg menempel di aspal akibat kontur kotak-kotaknya.
10. Biasakan cerdas dan realistis terhadap jenis ban yang Anda pilih. Pahami keterbatasan kemampuan ban motor Anda, dan jangan paksa untuk melebihi batas, atau Anda akan celaka.
Sekian review Swallow SB-117 dari saya, semoga bermanfaat untuk rekan-rekan sekalian.
Cheers!
tak tunggu2 kirain yang keluar cerita riding dari bandung ke moker.. ya wes menunggu sambil makan oskab rakab pak man aja dulu deh…
hahahaha, sabar yaaaa :p
Kang ad yg salah ketik tuh…
Dinding ban 80 inchi… waw kok tinggi amat ya,hehehe, 1 inchi 2,3cm loh… d edit ya…
Astogfirullah.. oke mas, makasih atas koreksinya.. segera diganti..hehe
… kpingin ganti krna pngen ubah konsep mtr…:(, tp kok jd urung ya.. krena terbiasa bwa diats pijakan ban Irc Nr65, bwaan ymaha..
*jadi kepingin, kadang suka main tanah kalo hari libur
tapi motor sering diajak ijik di perkotaan saat2 jam kerja apakah cocok di kota macet:?
cocok aja kok.. kalo udah pernah pake MRF ori pulsar dalam waktu lama rasanya ya sama aja ky MRF.. DAlam kota oke, asal tidak untuk mereng-mereng dan hard brake, dijamin ndelosor.. hehe
om, kl yg ukuran 120 dipasang di velg depan, aman gak? soalnya velg depan saya ukurannya 3,5″.
takut gak masuk yg ukuran 100/80
sangat aman masbro 🙂
Tq lur.bermanfaat.walau sulit nyari ban ini di daerah q
belinya dimana bro kalo di malang? saya juga nyari tuh bro..